Fenomenologi

PENDAHULUAN

Fenomenologi merupakan salah satu metode penelitian dalam studi kualitatif. Kata Fenomenologi (Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak.

Pekembangan fenomenologi dimulai oleh Edmund Husserl (1859 – 1938), yang mematok suatu dasar tidak terbantahkan dengan menggunakan metode fenomenologis. Sebelumnya fenomenologi sebenarnya telah diperkenalkan untuk pertama kaliya oleh J.H. Lambert (1764), dengan memasukkan dalam kebenaran (alethiologia), ajaran mengenai gejala (fenomenologia). Maksudnya adalah menemukan sebab-sebab subjektif dan objektif ciri-ciri bayangan objek pengalaman inderawi (fenomen).

Fenomenologi dapat digolongkan dalam penelitian kualitatif murni dimana dalam pelaksanaannya yang berlandaskan pada usaha mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomen-fenomen sebagaimana fenomen-fenomen itu sendiri. Peneliti harus bertolak dari subjek (manusia) serta kesadarannya dan berupaya untuk kembali kepada “kesadaran murni” dengan membebaskan diri dari pengalaman serta gambaran kehidupan sehari-hari dalam pelaksanaan penelitian.

FENOMENOLOGI SEBAGAI TRADISI PENELITIAN

Fenomenologi berkenaan dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian, dunia intersubyektif (dunia kehidupan) atau juga disebut Lebenswelt terbentuk. Fenomenologi bertujuan untuk menginterpretasikan tindakan sosial kita dan orang lain sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) serta dapat merekonstruksi kembali turunan makna (makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu dalam dunia kehidupan sosial. (Rini Sudarmanti, 2005)

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.

Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

Metode Fenomenologi, menurut Polkinghorne (Creswell,1998: 51-52) Studi fenomenologi menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang sebuah konsep atau fenomena. Orang-orang yang terlibat dalam menangani sebuah fenomena melakukan eksplorasi terhadap struktur kesadaran pengalaman hidup manusia. Sedangkan menurut Husserl (Creswell, 1998: 52) peneliti fenomenologis berusaha mencari tentang, Hal-hal yang perlu (esensial), struktur invarian (esensi) atau arti pengalaman yang mendasar dan menekankan pada intensitas kesadaran dimana pengalaman terdiri hal-hal yang tampak dari luar dan hal-hal yang berada dalam kesadaran masing-masing berdasarkan memori, image dan arti.

Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep kunci yang intersubyektif. Karena itu, menurut Kuswarno “…penelitian fenomenologis harus berupaya untuk menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala…”

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pertama, tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in–depth interview) merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informasi dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Peneliti dapat melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Sebaikya melakukan wawancara mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.

Kedua, teknik observasi sebagai upaya peneliti untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi.
Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi sehingga menuntut peneliti harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
Oservasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Ketiga, review dokumen ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui fakta dan data tersimpan dalam bentuk dokumentasi berupa surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.

Keempat, Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok dan menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

Secara lebih rinci pendekatan dalam mengumpulkan data secara berkelanjutan dapat diperluas dalam area kualitatif (Creswell, 1994), ada empat tipe dasar cara mengumpulkan data:

1.  Observasi
Mengumpulkan data lapangan dengan cara memimpin observasi sebagai peserta
*      Mengumpulkan data lapangan dengan cara memimpin observasi sebagai observer
*      Mengumpulkan data di lapangan dengan cara menhabiskan waktu lebih banyak sebagai seorang peserta dari pada seorang observer
*      Mengumpulkan data dilapangan dengan cara menghabiskan waktu lebih banyak sebagao seorang observer daripada seorang peserta
*      Mengumpulkan data dilapangan dengan pertama kali melakukanobservasi sebagai “orang luar” dan kemudian bergerak masuk kedalam observasi sebagai “orang dalam”

2. Wawancara
Menata hal-hal yang tidak terstruktur, wawancara open-ended dan melakukan catatan wawancara
*      Menata hal-hal yang tidak terstruktur, wawancara open-ended, menggunakan audiotape dalam wawancara dan menterjemahkan hasil wawancara
*      Menata hal-hal yang semi terstruktur, menggunakan audiotape menterjemahkan hasil wawancara
*      Menata wawncara kelompok, menggunakan audiotape menterjemahkan hasil wawancara

3. Dokumen

* Menyimpan jurnal selama studi penelitian
*      Memiliki peserta yang menyimpan jurnal atau catatan selama studi penelitian
*      Mengumpulkan surat-surat tanggapan dari peserta
*      Melakukan analisa dokumen publik (contohnya materi arsip)
*      Menjelaskan autobiografi dan biografi
*      Memiliki informan yang memiliki foto atauvideo

4. Audio-visual material

*      Menjelaskan jejak fakta-fakta fisik
*      Video atau film sebuah situasi sosial atau individu/kelompok
*      Memeriksa foto dan video
*      Mengumpulkan suara contohnya suara musik
*      Mengumpulkan e-mail
*      Memriksa proses atau objek ritual

TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data pada penelitian fenomenologi oleh cresswel, 1996, dibagi dalam beberapa langkah penelitian antara lain:

*      Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan
*      Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data
*

Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan)
*      Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi
*      Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi)
*      Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut
*      Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fenomenologi merupakan suatu metode analisa berusaha memahami realitas sebagaimana adanya dalam kemurniannya. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Peneliti dalam hal ini dapat mengembangkan arti dari individu dan juga meminta kepada individu untuk menggambarkan pengalaman hidup mereka sehari-hari. Data yang dikumpul berkaitan erat dengan penelitian yang berlangsung dan dalam peneliti
berusaha mendekati objek kajiannya secara kritis serta pengamatan yang cermat, dengan tidak berprasangka terhadap konsepsi-konsepsi manapun sebelumnya. Akhir laporan studi fenomena adalah pembaca memiliki pengertian yang lebih baik terhadap esensi , struktur invarian (atau esensi) dari pengalaman, pengenalan dari satu kesatuan yang utuh (single unifying meaning) dari pengalaman yang ada.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

9 Responses to Fenomenologi

  1. andi tenri says:

    makasih, tulisan ini membantu saya memahami penelitian fenomenologi masyarakat sekitar hutan yang sedang saya teliti di Muna. salam

  2. pandu says:

    makasih ini sangat membantu saya.. copy 1 yaa ganti..

  3. mauliyah says:

    ini sangat mmbantu saya, ijin copy ya gan 🙂 thanks sblmnya

  4. Donna says:

    Tulisannya udah bagus mas, cuma kurang daftar pustaka atau sumber referensinya -saran aja-. Makasih

Leave a comment